Sabtu, 15 Mei 2021

Apa Itu Blended Learning?

0 Comments


Blended learning adalah suatu model pembelajaran yang mengkombinasikan strategi pembelajaran tradisional di kelas (classrom lesson) yaitu secara tatap muka dengan pembelajaran berbasis online (e-learning) yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sehingga dapat menggabungkan inovasi dan keuntungan teknologi pada pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi dari keuntungan pembelajaran tatap muka.

Model pembelajaran blended learning merupakan pembelajaran campuran atau hybrid yang muncul pada akhir tahun 1990 sebagai metode pengajaran baru untuk pembelajaran jarak jauh melalui penerapan teknologi dan internet. Blended learning bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik dan mendorong pengajar untuk mengubah metode pendidikan mereka, dan karenanya untuk menggeser pembelajaran ke model yang lebih berpusat pada siswa daripada model pembelajaran yang berpusat pada guru.

Pembelajaran menggunakan metode blended learning tidak hanya mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan online learning saja tetapi juga dapat berbentuk seperti metode, media, sumber, lingkungan ataupun strategi pembelajaran. Pembelajaran blended learning memberikan kesempatan untuk menciptakan pengalaman belajar dengan memanfaatkan keluwesan waktu dan tempat pembelajaran sehingga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik untuk belajar.

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran blended learning dari beberapa sumber buku: 

Menurut Mosa (2006), blended learning adalah model pembelajaran yang menggabungkan dua unsur utama, yaitu pembelajaran di kelas (classrom lesson) dengan online learning. 

Menurut Thorne (2003), blended learning adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan inovasi dan kemajuan teknologi dalam sistem belajar yang berlangsung secara online dan pembelajaran tradisional yang berlangsung interaksi serta partisipasi. 

Menurut Bonk dan Graham (2006), blended learning adalah model belajar dengan perpaduan dua jenis kegiatan pembelajaran secara berbeda, yaitu antara metode pembelajaran tradisional (face to face) dengan sistem pembelajaran terdistribusi (distributed learning system). Sistem pembelajaran terdistribusi tersebut dilakukan pemanfaatan terbaik dari teknologi elektronik, seperti komputer dan internet sehingga bahan bajar bisa dengan mudah untuk akses oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. 

Menurut Syarif (2012), blended learning adalah suatu pembelajaran yang bersifat fleksibel yang dalam implementasinya dengan kombinasi pembelajaran tradisional di dalam kelas dengan penggunaan e-learning (pembelajaran online) menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). 

Menurut Husamah (2014), blended learning adalah gabungan dari beragam media pembelajaran yang serasi untuk menciptakan aktivitas belajar yang lebih unggul. Blended learning memiliki dua komponen inti yaitu pembelajaran tatap muka (face to face) dan pembelajaran online (e-learning). 

Menurut Dwiyogo (2018), blended learning adalah pembelajaran yang mengombinasikan berbagai strategi penyampaian pembelajaran yaitu pembelajaran tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline) , dan pembelajaran e-learning (online).

Aspek-aspek Blended Learning 

Menurut Carman (2005), terdapat lima kunci karakteristik yang menjadi aspek-aspek utama dalam pembelajaran blended learning, yaitu sebagai berikut:

a. Live event 

Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan. Pola ini, juga bisa saja mengkombinasikan teori behaviorisme, kognitivism dan konstructivism sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna.

b. Self-paced learning 

Self-Paced Learning yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat didelivered secara online (via web maupun via mobile device dalam bentuk streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).

c. Collaboration 

Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antar peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, listserv, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based learning, dll.

d. Assessment 

Dalam pembelajaran blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Di samping itu, juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut.

e. Performance support materials 

Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online. Atau, jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/ Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya.

Jenis-jenis Blended Learning 

Menurut Brooke (2015), model pembelajaran blended learning terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Face-to-face driver model 

Dalam model ini, pembelajaran online ditentukan berdasar per-kasus, artinya hanya peserta didik dalam kelas tertentu yang akan mendapat pembelajaran online. Model ini mengizinkan peserta didik yang menginginkan belajar di atas kelas yang sedang dijalani dengan cara memanfaatkan teknologi secara mandiri. Demikian halnya bagi peserta didik yang terlambat dalam mengikuti pelajaran, peserta didik tersebut dapat mengulang-ulang pembelajaran yang disampaikan secara online.

2. Rotation model 

Dalam model pembelajaran ini, peserta didik berotasi di antara kelas yang berbeda dengan jadwal tertentu, baik secara online maupun tatap muka dengan pendidik. Saat materi yang harus dikuasai oleh peserta didik berupa perangkat lunak atau pembelajaran perangkat lunak membantu penguasaan materi oleh peserta didik, maka pembelajaran dilakukan dalam laboratorium komputer, sedangkan untuk materi yang memerlukan penjelasan langsung dari pendidik, pembelajaran dilakukan di kelas.

3. Flex model 

Dalam model pembelajaran ini, materi pelajaran dibagikan secara online dan peserta didik dituntut untuk belajar mandiri melalui media online, tetapi pendidik ada di ruangnya untuk selalu dapat ditemui oleh peserta didik yang memerlukannya. Peserta didik belajar dalam ruang kelas dengan alat pembelajaran secara online sebagai tulang punggung pelajaran, dengan pendidik memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Online lab model 

Dalam model pembelajaran ini, peserta didik belajar seluruhnya melalui media online, tetapi mendatangi laboratorium komputer untuk menyelesaikan pelajarannya.

5. Self-blend model 

Dalam model pembelajaran ini, peserta didik mempunyai kesempatan untuk belajar hal lain di luar yang ditawarkan sekolahnya. Peserta didik secara individual menghadiri sekolah tradisionalnya (tatap muka), tetapi mereka dapat belajar pengayaan secara online. Model ini memberikan kesempatan bagi peserta didik yang memiliki motivasi tinggi dan menginginkan belajar lebih dari yang dapat ditawarkan oleh sekolah tradisionalnya.

6. Online driver model 

Model ini kebalikan dari face-to-face driver model. Dalam model ini, materi disampaikan secara online dan pertemuan dengan pendidik dilakukan secara online saat mereka memerlukan diskusi. Model ini sesuai untuk peserta didik yang memerlukan flesibilitas tinggi dan ketidakterikatan jadwal dalam kehidupan sehari-harinya.

7. Enriched virtual model 

Peserta didik harus mengikuti pembelajaran tatap muka dengan pendidik, tetapi kemudian menyelesaikan mata pelajarannya di luar ruang kelas atau luar sekolahnya. Ada kemungkinan peserta didik tidak bertemu pendidiknya di pembelajaran terjadwal, formal, dan harian.

Teknologi dalam Pembelajaran Blended Learning 

Menurut Dwiyogo (2018), model pembelajaran blended learning tidak terlepas dari penggunaan teknologi sebagai pendukung proses belajar mengajar. Adapun perangkat-perangkat teknologi yang dapat dilibatkan dan dikombinasikan dengan proses belajar blended learning antara lain adalah sebagai berikut:

a. Podcast 

Podcast merupakan program siaran suara/audio digital non-streaming. Pembelajaran blended dapat memanfaatkan podcast untuk menyampaikan materi pembelajaran, instruksi tugas, atau langkah-langkah praktik lapangan. Dengan podcast rekaman diskusi dari materi pembelajaran dapat dikirim melalui email dan didengar melalui web, aplikasi dan MP3 player. Podcast dapat menstimuasi pendengaran dan melatih pendengar menghubungkan antara suara yang didengar dengan gambar atau bagan materi yang ada. Jika peserta didik sering mendengarkan podcast, hal itu dapat meningkatkan kemampuan verbal dan daya ingat pendengar Podcast sebaiknya dilakukan dalam durasi 5-15 menit. Podcast yang dapat diakses oleh gadget atau telepon genggam akan mempermudah peserta didik untuk mendengar materi belajar kapan pun dan dimana pun.

b. Laboratorium virtual (E-Lab) 

Laboratorium merupakan komponen sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan sains. Pembelajaran dalam laboratorium sangat mempengaruhi hasil belajar siswa termasuk laboratorium virtual (E-Lab). Yang menjadi penghambat dalam penerapan e-lab yaitu sisi ekonomi dan sisi psikologis. E-lab adalah salah satu metode yang mahal dan kompleks yang dapat membawa peserta didik agar dapat mempelajari fenomena atau peristiwa langka seperti bencana alam gempa. E-lab juga dinilai aman dari objek berbahaya seperti bahan kimia.

c. E-Worksheet 

E-worksheet adalah praktik terbaru dari blended learing yang menggunakan eexperiment, e-simulationi, e-teaching, dan e-manual. E-worksheet berperan sebagai alat atau media interaktif peserta didik dalam kerja kelompok, membagikan materi belajar, latihan, tes pilihan ganda, prosedur praktikum pembelajaran, dan glosarium.

d. Technology Enhanced learning (TEL) 

Technology Enhanced learning (TEL) atau pembelajaran berbantuan teknologi adalah contoh implementasi blended learning yang mengadopsi strategi pembelajaran kolaborasi berbasis jaringan atau Network Collaboration Learning (NCL). Peserta didik dapat tetap bekerja sama dan melakukan interaksi jarak jauh dalam sebuah kelas virtual.

e. Blended solution 

Blended Solution adalah contoh implementasi blended learning dengan menekankan pada integrasi metode dan peralatan pembelajaran. Dengan menggabungkan sejumlah pendekatan (fornal/informal), direktif, penemuan baru, dengan teknologi dan interaksi sosial, kolaborasi antara tatap muka dan online. Blended solution berperan sebagai bagian dari pembelajaran dan pengganti dari pembelajaran tatap muka dan online. Blended solution mencakup integrasi dan perubahan dari 8 dimensi yaitu dimensi ekonomi, dimensi pedagogik, dimensi profesional, dimensi informal, dimensi organisasi, dimensi konten, dimensi teknologi, dan dimensi sosio-kultural.

f. Learning Management system (LMS) 

Learning Management system (LMS) atau manajemen sistem pembelajaran adalah solusi dalam dibutuhkannya jaringan teknologi komunikasi yang khusus dan aman di lingkungan kampus dan lembaga. Hal ini dikarenakan LMS dapat diakses melalui autentifikasi (login dan password). LMS juga menawarkan fitur berupa akses materi belajar dan self-asessment. Untuk para pengajar LMS juga dapat mempermudah dalam mengelola dan memantau perkuliahan seperti melacak perkembangan para peserta didik, penilaian otomatis, dan fitur administrasi lainnya.

Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning 

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan blended learning. Menurut Riyana (2009), beberapa kelebihan atau keunggulan model pembelajaran blended learning adalah sebagai berikut: 

Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).

Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).

Mampu menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).

Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archvlable capabilities).

Adapun beberapa kekurangan atau kelemahan dalam pembelajaran blended learning adalah: 

Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung. 

Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi. 

Blended learning masih sulit digunakan dalam mata pelajaran eksakta. 

Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet.


Daftar Pustaka

Mosa, Elenena. 2006. A Blended E-Learning Model. Italia: Italian Journal of Educational Technology.

Thorne, K. 2003. Blended Learning, How to Integrate Online and Traditional Learning. UK: Kogan Page.

Graham, C.R. 2006. Blended Learning Systems: Definition, Current Trends, and Future Directions. San Francisco: Bonk & Graham.

Syarif, Izzudin. 2012. Pengaruh Penerapan Model Blended Learning terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol.2, No.2.

Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: Prestasi Pustaka.

Dwiyogo, W.D. 2018. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Depok: Rajawali Pers.

Carman, J.M. 2005. Blended Learning Design: Five Key Ingredients. Online: www.agilantlearning.edu.

Brooke, Elizabeth. 2015. Four Keys To Success Using Blended Learning Implementation Models. Online: www.lexialearning.com.

Riyana, C. 2009. Blended Learning dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran. Bandung: UPI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top